Konsol Game

Review Final Fantasy VII Remake: Bukan Sekadar Nostalgia!

Review Final Fantasy VII Remake: Bukan Sekadar Nostalgia!

Ingatkah saat pertama kali jatuh cinta dengan Cloud Strife dan pedang besarnya di era PlayStation 1 yang kotak-kotak? Nah, coba simpan dulu memori indah itu, karena Final Fantasy VII Remake bukanlah sekadar operasi plastik untuk game lawas. Ini adalah sebuah reinvensi total, sebuah surat cinta ambisius yang ditulis ulang dengan tinta modern yang begitu memukau. Hal pertama yang akan membuat rahangmu jatuh adalah kualitas visualnya. Square Enix benar-benar merombak Midgar dari kota piksel menjadi sebuah metropolis cyberpunk yang hidup, bernapas, dan... penuh polusi Mako. Setiap sudutnya, dari gang kumuh di Sector 7 hingga lobi megah Shinra Tower, terasa begitu detail dan imersif. Karakter-karakternya pun bukan lagi boneka poligon, tapi tampil dengan ekspresi dan detail yang membuat kita benar-benar peduli pada nasib mereka. Ini adalah salah satu game dengan visual tercantik yang pernah ada, titik. Lalu, ada sistem pertarungannya. Ucapkan selamat tinggal pada sistem *turn-based* klasik yang mengharuskan kita sabar menunggu giliran. Remake ini menyajikan pertarungan *real-time* yang cepat, seru, dan butuh strategi. Ini bukan sekadar tebas-tebas asal, tapi perpaduan cerdas antara aksi dan taktik, di mana kamu masih bisa memperlambat waktu untuk memilih *ability*, *spell*, atau *item*. Rasanya seperti menari balet... tapi dengan pedang segede pintu dan ledakan sihir di mana-mana. Setiap pertarungan terasa sinematik dan menantang, membuat adrenalin terus terpompa. Dari segi cerita, game ini memperluas bagian awal dari kisah aslinya di Midgar dengan sangat baik. Karakter sampingan yang dulu mungkin hanya numpang lewat, seperti Jessie, Biggs, dan Wedge, kini mendapatkan porsi cerita dan pengembangan karakter yang jauh lebih dalam. Ini membuat dunia FFVII terasa lebih kaya dan perjuangan AVALANCHE terasa lebih personal. Meskipun beberapa perubahan cerita mungkin akan menjadi perdebatan di kalangan fans puritan, pendekatan baru ini sukses membuat ceritanya terasa segar dan penuh kejutan, bahkan bagi mereka yang sudah hafal alur aslinya. Singkatnya, Final Fantasy VII Remake adalah sebuah mahakarya. Ia berhasil menghormati materi aslinya sambil dengan berani menempuh jalan baru. Baik kamu fans veteran maupun pendatang baru yang penasaran kenapa game ini begitu legendaris, ini adalah sebuah petualangan epik yang wajib kamu mainkan. Bersiaplah, karena ini baru awal dari perjalanan yang jauh lebih besar.

Baca Ulasan Lengkap
2 mnt baca
Review Kingdom Hearts 1.5+2.5 ReMIX: Paket Nostalgia Super!

Review Kingdom Hearts 1.5+2.5 ReMIX: Paket Nostalgia Super!

Pernah kebayang nggak, apa jadinya kalau karakter Final Fantasy nongkrong bareng Miki Tikus dan Donald Bebek di satu dunia? Jawabannya adalah **KINGDOM HEARTS HD 1.5+2.5 ReMIX**, sebuah surat cinta bagi para gamer yang tumbuh di era PlayStation 2 dan gerbang utama yang super ramah bagi para pendatang baru. Ini bukan cuma satu game, tapi paket borongan super lengkap yang isinya enam petualangan Sora dan kawan-kawan. Bayangin aja, dengan sekali beli, kamu langsung dapat KINGDOM HEARTS FINAL MIX, Re:Chain of Memories, 358/2 Days (versi sinematik), KINGDOM HEARTS II FINAL MIX, Birth by Sleep FINAL MIX, dan Re:coded (versi sinematik). Semuanya sudah dipoles ulang dengan grafis HD yang lebih tajam, membuat dunia Disney yang kita kunjungi jadi makin magis dan enak dipandang. Sistem pertarungannya yang real-time juga asyik banget; lincah, penuh aksi, dan bisa dikombinasikan dengan berbagai sihir ikonik Disney dan Final Fantasy. Dijamin bikin nagih! Tapi, jangan harap semuanya sempurna kayak di negeri dongeng. Walaupun sudah di-remaster, di beberapa bagian teksturnya masih terasa agak 'kuno' dan kurang polesan, seolah ada debu-debu nostalgia yang lupa dibersihkan. Selain itu, kita harus jujur soal satu hal: game Re:Chain of Memories. Sistem pertarungan berbasis kartunya itu... unik. Ada yang suka, tapi banyak juga yang garuk-garuk kepala karena mekanismenya beda banget dari seri utamanya. Anggap saja ini sebagai 'rasa' yang beda di antara hidangan utama yang lezat. Jadi, apakah paket borongan ini layak dibeli? Jawabannya: **ABSOLUTELY, YES!** Ini adalah cara terbaik dan paling hemat untuk terjun ke salah satu seri JRPG paling ikonik sepanjang masa. Dengan harga satu game, kamu dapat ratusan jam petualangan epik yang campur aduk antara keceriaan Disney dan drama khas Final Fantasy. Kalau kamu cari game dengan cerita yang dalam, gameplay yang seru, dan dosis nostalgia yang masif, koleksi ini wajib ada di library kamu.

Baca Ulasan Lengkap
2 mnt baca
Review Skater XL: Bukan Game Skate Biasa, Ini Kanvas Digital!

Review Skater XL: Bukan Game Skate Biasa, Ini Kanvas Digital!

Lupakan sejenak kombo-kombo gila dan skor jutaan poin ala Tony Hawk. Skater XL hadir bukan untuk itu. Game ini adalah surat cinta untuk para purist skateboard, sebuah kanvas digital di mana kreativitas dan gaya adalah raja, bukan angka di pojok layar. Yang membuat Skater XL benar-benar bersinar sekaligus menantang adalah sistem kontrolnya yang unik. Alih-alih menekan tombol untuk trik, game ini memberimu kendali penuh atas kaki kiri dan kanan skater secara terpisah melalui stik analog controller. Awalnya? Jujur, rasanya seperti belajar jalan lagi, canggung dan dijamin lebih banyak jatuh daripada mendarat. Tapi sekali 'klik' dan kamu mulai paham logikanya, kepuasannya luar biasa. Setiap kickflip yang berhasil dieksekusi dengan bersih terasa seperti sebuah pencapaian pribadi yang otentik. Game ini membawamu ke berbagai spot skate ikonik dari dunia nyata, memberimu kebebasan penuh untuk berekspresi. Namun, jangan berharap ada mode karir dengan cerita atau daftar misi yang panjang. Skater XL lebih mirip sebuah **sandbox** atau taman bermain digital. Kamu bebas mencari *line* terbaik, menyempurnakan trik, dan merekam klip-klip keren. Memang, konten resminya mungkin terasa agak singkat bagi sebagian pemain, tapi di situlah keajaiban sesungguhnya dimulai. Kekuatan sejati Skater XL terletak pada dukungan komunitas mod-nya yang luar biasa aktif. Dari map baru yang masif, ribuan desain papan, hingga pakaian dari brand ternama, komunitas inilah yang membuat game ini terus hidup dan terasa tak terbatas. Jika kamu merasa konten bawaannya kurang, dunia modding siap membuka pintu ke pengalaman yang jauh lebih kaya. Jadi, untuk siapa Skater XL ini? Jika kamu mencari game skate yang santai, realistis, dan menghargai proses belajar sebuah trik layaknya di dunia nyata, game ini adalah jawabannya. Ini bukan balapan menuju garis finis, melainkan sebuah perjalanan untuk menemukan gayamu sendiri di atas papan virtual. Butuh kesabaran, tapi imbalannya adalah pengalaman bermain skateboard paling otentik yang bisa kamu dapatkan dari balik layar.

Baca Ulasan Lengkap
2 mnt baca
Review Sonic Generations: Pesta Nostalgia Landak Biru!

Review Sonic Generations: Pesta Nostalgia Landak Biru!

Siapa yang tidak kenal landak biru tercepat di dunia? Sonic the Hedgehog sudah berlari di layar kita selama puluhan tahun, dan jujur saja, perjalanannya tidak selalu mulus. Tapi, ada satu game yang berhasil menjadi surat cinta paling tulus untuk para fans: **Sonic Generations**. Game ini bukan sekadar game, tapi sebuah perayaan yang mempertemukan dua era Sonic dalam satu petualangan seru. Konsepnya jenius sekaligus sederhana: Sonic Modern yang jago nge-boost di dunia 3D bertemu dengan versi dirinya yang lebih gempal dari era klasik, lengkap dengan gameplay 2D side-scrolling yang bikin kangen. Bayangkan, dalam satu game, kamu bisa merasakan sensasi ngebut di Green Hill Zone versi 3D yang megah, lalu beralih ke perspektif 2D klasik yang presisi. Perpaduan ini dieksekusi dengan sangat baik, memberikan variasi gameplay yang tidak membosankan dan menjadi daya tarik utamanya. Setiap level terasa seperti sebuah diorama nostalgia yang didesain ulang dengan penuh hormat. Bicara soal gameplay, Sonic Generations sering disebut sebagai salah satu game dengan formula 'boost' terbaik. Kontrolnya memang butuh sedikit penyesuaian, kadang terasa agak 'licin' seolah Sonic baru saja pakai semir sepatu, tapi begitu terbiasa, rasanya sangat memuaskan. Namun, jangan berharap cerita yang akan memenangkan piala Oscar. Alur ceritanya terasa tipis, lebih sebagai perekat untuk menyatukan semua level ikonik ini. Dari segi visual, untuk ukuran game yang sudah berumur, tampilannya mungkin tidak se-kinclong game zaman sekarang dengan tekstur yang kadang terlihat 'berlumpur', tapi art style-nya yang penuh warna tetap memanjakan mata. Jadi, apakah Sonic Generations masih layak dimainkan hari ini? Jawabannya, absolut iya! Terutama jika kamu seorang fans berat atau baru mau kenalan dengan pesona si landak biru. Ini adalah paket lengkap nostalgia, gameplay yang solid, dan musik yang ikonik. Saking legendarisnya, game ini bahkan mendapatkan versi remaster di tahun 2024. Sebuah bukti bahwa kecepatan Sonic memang tak lekang oleh waktu.

Baca Ulasan Lengkap
2 mnt baca
Review Final Fantasy VI: Masterpiece Abadi yang Wajib Dicoba

Review Final Fantasy VI: Masterpiece Abadi yang Wajib Dicoba

Ada game yang bagus, ada game yang legendaris, dan ada Final Fantasy VI. Kalau kamu bertanya-tanya kenapa game rilisan tahun 90-an ini masih terus dibicarakan sampai sekarang, jawabannya sederhana: ini adalah sebuah mahakarya yang menolak untuk menua. Versi Pixel Remaster yang tersedia sekarang ini ibarat memberikan polesan baru pada sebuah lukisan klasik, membuatnya makin bersinar tanpa kehilangan jiwa aslinya. Kekuatan utama FFVI terletak pada ceritanya yang luar biasa epik dan kelam, jauh melampaui standar RPG pada masanya. Kita tidak hanya mengikuti satu protagonis, tapi sebuah ansambel dari 14 karakter yang bisa dimainkan, masing-masing dengan latar belakang, motivasi, dan pengembangan karakter yang terasa nyata. Dari Terra yang mencari jati dirinya hingga badut nihilistik bernama Kefka yang bisa dibilang salah satu penjahat video game terbaik sepanjang masa, narasinya akan membawamu pada petualangan yang menggugah emosi. Ini bukan sekadar cerita 'selamatkan dunia', tapi perjalanan tentang kehilangan, harapan, dan perjuangan di dunia yang sudah hancur. Dari segi gameplay, FFVI menawarkan kebebasan kustomisasi yang adiktif. Sistem Magicite memungkinkan setiap karakter untuk mempelajari sihir apa pun, memberimu keleluasaan untuk membangun tim impianmu. Ditambah lagi dengan segudang sidequest dan rahasia yang tersebar di dunianya yang luas, game ini bisa membuatmu sibuk hingga puluhan jam. Versi Pixel Remaster menyempurnakan pengalaman ini dengan visual pixel art yang diperbarui dengan indah dan, yang terpenting, aransemen ulang soundtrack legendaris Nobuo Uematsu yang dijamin bikin merinding. Setiap nada, dari 'Terra's Theme' hingga 'Dancing Mad', terdengar lebih megah dari sebelumnya. Singkatnya, Final Fantasy VI adalah sebuah paket komplet. Baik kamu seorang veteran yang ingin bernostalgia atau pemain baru yang penasaran dengan akar JRPG modern, game ini adalah sebuah keharusan. Ini adalah bukti bahwa cerita yang hebat dan gameplay yang solid akan selalu abadi, tak lekang oleh waktu.

Baca Ulasan Lengkap
2 mnt baca
Review Dissidia Final Fantasy NT: Pertarungan Epik Para Pahlawan FF!

Review Dissidia Final Fantasy NT: Pertarungan Epik Para Pahlawan FF!

Halo para penggemar Final Fantasy dan gamer sejati! Siapa sih yang nggak kenal dengan saga legendaris ini? Nah, kali ini kita bakal bedah tuntas salah satu judul yang cukup bikin heboh sekaligus jadi perdebatan hangat: **Dissidia Final Fantasy NT**. Bayangkan kalau semua karakter Final Fantasy favoritmu, dari Warrior of Light sampai Noctis, tiba-tiba ngumpul di satu arena, bukan buat piknik, tapi buat baku hantam 3v3 yang epik! Kedengarannya seru, kan? Dissidia NT ini memang beda dari game fighting kebanyakan. Ini lebih ke *arena brawler* yang fokus pada strategi tim. Kamu nggak cuma asal pencet tombol, tapi harus mikirin komposisi tim, sinergi antar karakter, dan kapan waktu yang tepat buat melancarkan serangan pamungkas. Awalnya memang agak 'dingin' kayak kopi yang kelupaan di meja, dengan beberapa kritik di sana-sini. Tapi, kabar baiknya, developer rajin banget kasih update bulanan yang nambahin stage baru, musik, bahkan adegan cerita tambahan. Jadi, game ini sekarang jauh lebih baik dibanding saat pertama rilis. Ibaratnya, dari yang tadinya cuma kerangka, sekarang sudah jadi rumah yang lumayan nyaman buat dihuni. Namun, seperti koin yang punya dua sisi, Dissidia NT juga punya beberapa catatan. Mode cerita? Nah, ini bagian yang kadang bikin kita garuk-garuk kepala. Jangan berharap plot sekompleks saga utama Final Fantasy, ya. Ceritanya terbilang **minimalis dan kurang mendalam**, bahkan ada yang bilang 'malas'. Voice acting-nya juga jadi sorotan; ada yang bilang bikin kuping 'gatal' dan kurang ekspresif, sementara desain suaranya juga dianggap kurang maksimal. Pertarungan 3v3-nya sendiri, meskipun seru, kadang bisa terasa terlalu panjang dan lambat, apalagi kalau timmu kurang kompak. Untuk kamu yang suka tantangan kompetitif dan punya teman mabar, Dissidia NT ini bisa jadi pilihan menarik. Game ini memang didesain untuk *replayability* tinggi, mirip game-game esports seperti Overwatch. Tapi kalau kamu lebih suka pengalaman single-player yang kaya cerita, mungkin kamu perlu sedikit menurunkan ekspektasi. Intinya, Dissidia Final Fantasy NT ini adalah game yang unik, dengan potensi brilian di gameplay intinya, tapi masih punya PR di beberapa aspek lain. Kalau kamu fans berat Final Fantasy dan siap dengan gaya bertarung yang berbeda, patut dicoba!

Baca Ulasan Lengkap
2 mnt baca
Review Fatal Frame Maiden of Black Water: Horor Jepang Mencekam!

Review Fatal Frame Maiden of Black Water: Horor Jepang Mencekam!

Siapa di sini yang suka uji nyali? Kalau kamu merasa pemberani, atau setidaknya penasaran ingin tahu seberapa kuat mentalmu, **Fatal Frame Maiden of Black Water** siap menantangmu! Game horor legendaris ini kembali hadir, membawa kita ke Gunung Hikami yang terkenal angker di Jepang. Bukan cuma sekadar gunung biasa, tempat ini punya sejarah kelam sebagai lokasi bunuh diri yang populer, dan tentu saja, dihuni arwah-arwah penasaran yang siap bikin bulu kudukmu merinding. Begitu masuk ke dunia Fatal Frame, kamu akan langsung merasakan atmosfer yang mencekam. Lingkungan yang disajikan begitu detail dan indah, namun di setiap sudutnya tersimpan aura horor yang kuat, seolah setiap bayangan bisa jadi penampakan. Cerita yang diusung pun tak kalah menarik; penuh misteri, tragedi, dan narasi yang kuat, membuatmu terus penasaran ingin mengungkap apa yang sebenarnya terjadi di balik kabut Gunung Hikami. Jujur saja, ini bukan sekadar game 'lompat kaget' biasa, tapi horor psikologis yang meresap perlahan, bikin kamu mikir dua kali sebelum tidur. Nah, yang bikin Fatal Frame unik itu **Camera Obscura**-nya. Ini bukan kamera buat selfie ya, tapi senjatamu satu-satunya untuk melawan para hantu! Kamu harus membidik dan memotret arwah-arwah gentayangan untuk melumpuhkan mereka. Mekanik ini terasa sangat imersif dan bikin deg-degan, apalagi saat hantu tiba-tiba muncul di depan lensa. Sensasinya seperti kamu benar-benar ada di sana, berhadapan langsung dengan makhluk halus. Meskipun beberapa reviewer menyebut pertarungan ini bisa terasa repetitif setelah beberapa waktu, tapi pengalaman awalnya tetap bikin ketagihan dan cukup memuaskan. Untuk urusan visual, karena ini adalah remaster dari game Wii U, jangan berharap grafis sekelas game AAA terbaru yang bikin mata melongo. Model karakter dan animasinya memang masih menunjukkan usianya, tapi jangan salah, resolusi yang tajam di platform modern seperti PC/Laptop tetap membuat detail lingkungan dan efek hantu terlihat cukup menyeramkan. Jadi, meskipun bukan yang paling 'kinclong', atmosfer horornya tetap tersampaikan dengan baik. Apalagi, game ini sekarang gampang banget diakses buat kamu para gamer PC/Laptop yang suka main offline. Secara keseluruhan, Fatal Frame Maiden of Black Water adalah pilihan yang solid bagi penggemar horor Jepang atau kamu yang baru ingin mencoba seri Fatal Frame. Cerita yang kuat, atmosfer yang mencekam, dan gameplay Camera Obscura yang khas, menjadikannya pengalaman horor yang tak terlupakan. Siapkan mental, matikan lampu, dan nikmati sensasi dihantui di Gunung Hikami!

Baca Ulasan Lengkap
2 mnt baca
Review FC 24: Ganti Nama, Apa Rasanya Masih Sama?

Review FC 24: Ganti Nama, Apa Rasanya Masih Sama?

FIFA telah tiada, panjang umur EA Sports FC 24! Pertanyaan terbesarnya: apakah ganti nama berarti ganti rasa? Sejujurnya, memainkan FC 24 terasa seperti bertemu teman lama yang baru potong rambut. Familiar, tapi ada yang sedikit beda. EA mungkin telah melepaskan nama FIFA, tapi mereka tidak melepaskan resep andalannya. Game ini masih menjadi simulasi sepak bola yang indah sekaligus seringkali bikin frustrasi, persis seperti yang kita kenal selama bertahun-tahun. Di atas kertas, FC 24 membawa beberapa peningkatan manis. Teknologi HyperMotion yang disempurnakan dan Frostbite Engine yang di-upgrade membuat pergerakan pemain dan detail di lapangan terasa lebih hidup. Rasanya seperti menonton pertandingan sungguhan, sampai-sampai kamu bisa melihat rumput stadion beterbangan saat pemain melakukan sliding tackle. Tambahan fitur 'PlayStyles' juga memberikan sentuhan RPG yang menarik, di mana pemain bintang punya kemampuan unik yang membuat mereka benar-benar menonjol, bukan sekadar angka statistik. Ini menambah lapisan strategi baru yang cukup seru untuk dieksplorasi. Namun, tidak semua perubahan disambut dengan tepuk tangan meriah. Banyak pemain veteran merasa gameplay-nya sedikit lebih lambat dan 'berat' dibandingkan FIFA 23. Dan tentu saja, kita tidak bisa membahas game ini tanpa menyinggung gajah di dalam ruangan: mode Ultimate Team (FUT). Mode ini masih menjadi pusat kontroversi, dengan elemen yang menurut banyak orang terlalu eksploitatif dan mirip judi. Rasanya seperti dipaksa membayar tiket VIP padahal sudah membeli tiket masuk seharga penuh. Kritik bahwa ini hanyalah update skuad dengan harga game baru pun masih sering terdengar, dan jujur saja, ada benarnya juga. Jadi, apakah FC 24 layak untuk ditebus? Jawabannya tergantung pada siapa Anda. Jika Anda adalah fans berat yang harus memainkan game bola terbaru dengan semua lisensi resmi dan fitur terkini, maka FC 24 adalah pilihan yang tidak bisa ditawar. Apalagi untuk pengguna Nintendo Switch, versi ini adalah lompatan besar dari edisi sebelumnya. Namun, jika Anda masih sangat menikmati FIFA 23 dan tidak terlalu peduli dengan update kecil, mungkin lebih bijak menunggu momen diskon besar. FC 24 bukanlah sebuah revolusi, melainkan evolusi yang sangat, sangat familiar.

Baca Ulasan Lengkap
2 mnt baca
Review PS3: Mesin Nostalgia yang Masih Perkasa di 2025?

Review PS3: Mesin Nostalgia yang Masih Perkasa di 2025?

Di tengah gempuran konsol generasi terbaru yang grafisnya makin mirip dunia nyata, ada satu 'veteran' yang menolak pensiun: PlayStation 3. Mungkin terdengar jadul, tapi jangan salah, PS3 ini ibarat gudang harta karun bagi para gamer. Harganya yang sekarang super terjangkau membuatnya jadi pilihan menarik, bukan cuma buat nostalgia, tapi juga buat kamu yang baru mau terjun ke dunia konsol tanpa bikin dompet nangis. Kekuatan utama PS3 tentu saja ada di perpustakaan game-nya yang luar biasa kaya. Kita bicara soal judul-judul legendaris yang membentuk industri game modern. Sebut saja petualangan sinematik di **L.A. Noire**, aksi brutal di **DmC: Devil May Cry**, atau cerita mendalam yang bikin merinding di **BioShock**. Game-game ini bukan sekadar 'tua', tapi 'matang'—dengan gameplay solid dan cerita yang tak lekang oleh waktu. Banyak penjual di marketplace seperti Shopee bahkan menawarkannya dalam paket 'siap tempur' dengan puluhan game sudah ter-install, jadi kamu tinggal colok dan main! Soal performa, tentu kita harus realistis. Jangan bandingkan dengan PS5 yang serba kilat. PS3 adalah mesin dari eranya, namun masih sanggup menyajikan visual yang memukau di banyak judul eksklusifnya. Memang, ada beberapa game portingan dari konsol lain yang performanya kurang optimal, seperti yang terjadi pada **Bayonetta** yang mengalami sedikit 'ngos-ngosan'. Tapi secara keseluruhan, untuk game-game besarnya, pengalaman yang ditawarkan masih sangat solid dan imersif. Ini adalah kesempatan emas untuk menikmati mahakarya gaming dengan harga yang sangat masuk akal. Jadi, untuk siapa PS3 ini? Jika kamu adalah pemburu grafis 4K dan frame rate tertinggi, mungkin ini bukan untukmu. Tapi jika kamu mencari sebuah konsol dengan nilai historis, koleksi game 'emas' yang tak ada habisnya, dan harga yang ramah di kantong, PS3 adalah jawaban yang sempurna. Ia adalah mesin waktu yang akan membawamu kembali ke salah satu era terbaik dalam sejarah video game.

Baca Ulasan Lengkap
2 mnt baca
Review PES 2021: Game Bola 'Jujur' yang Makin Tua Makin Jadi

Review PES 2021: Game Bola 'Jujur' yang Makin Tua Makin Jadi

Pernah nggak sih kamu merasa game bola tahunan itu isinya cuma ganti jersey doang tapi harganya selangit? Nah, Konami dengan berani (dan sangat jujur) merilis **eFootball PES 2021** sebagai 'Season Update'. Artinya, mereka secara terbuka mengakui kalau basis game ini sama dengan PES 2020. Tapi tunggu dulu, jangan langsung *skip*! Ibarat masakan rendang yang dihangatkan lagi besoknya, rasanya justru makin nendang dan bumbunya makin meresap. PES 2021 ini menyempurnakan apa yang kurang di seri sebelumnya dengan gameplay yang terasa jauh lebih matang. Dari segi *gameplay*, tempo permainan terasa sedikit lebih lambat—tapi dalam artian positif. Ini bukan game lari-larian ala arcade di mana pemain tercepat pasti menang, melainkan simulasi sepak bola yang butuh strategi. *Passing* terasa lebih berat dan realistis, dan AI (kecerdasan buatan) musuh saat main *offline* jauh lebih pintar mencari ruang. Jadi, kalau kamu biasa main 'grusa-grusu' asal pencet tombol lari, siap-siap saja bola direbut dengan mudah. Grafisnya? Masih menggunakan Fox Engine yang legendaris itu, wajah pemain terlihat sangat detail, bahkan keringatnya pun kelihatan nyata seolah kamu sedang nonton siaran langsung di TV. Satu hal yang bikin game ini 'abadi' dan wajib dimiliki adalah komunitas *modding*-nya yang luar biasa aktif. Meskipun game ini rilisan lama, kamu bisa dengan mudah menemukan *patch* terbaru (bahkan update skuad musim 2025!) yang bikin jersey, transfer pemain, dan wajah pelatih jadi *update* banget. Jadi, meskipun judulnya 2021, isinya bisa disulap jadi game tahun ini. Buat kamu yang rindu game bola yang fokus ke taktik dan realisme ketimbang sekadar buka-buka kartu *gacha*, PES 2021 adalah investasi yang manis, apalagi kalau kamu main di PC atau konsol yang bisa di-*patch*.

Baca Ulasan Lengkap
2 mnt baca
Review God of War Ragnarok PC: Drama Dewa yang Bikin Emosi Jiwa

Review God of War Ragnarok PC: Drama Dewa yang Bikin Emosi Jiwa

Siapkan tisu dan kapak Leviathan kalian, karena Kratos dan Atreus kembali lagi dalam sekuel yang paling dinanti-nanti, God of War Ragnarok. Jika kalian berpikir menjadi orang tua itu sulit, coba bayangkan harus mengasuh anak remaja yang labil sambil dikejar-kejar dewa Norse yang haus darah. Versi PC Deluxe Edition ini membawa pengalaman visual yang benar-benar memanjakan mata, seolah-olah kartu grafis kalian sedang pamer kekuatan penuh. Detail lingkungan di Svartalfheim hingga dinginnya Fimbulwinter terasa begitu nyata, membuat transisi dari cutscene ke gameplay terasa sangat mulus, nyaris tanpa batas. Ini adalah definisi 'masterpiece' modern yang tidak hanya menjual aksi bacok-bacokan, tetapi juga narasi ayah-anak yang bisa bikin hati pria dewasa sekalipun meleleh. Dari segi gameplay, pertarungan di Ragnarok terasa lebih luwes dan brutal dibandingkan pendahulunya. Kratos kini punya lebih banyak trik di lengan bajunya (atau di janggutnya?), dan variasi musuh yang lebih beragam membuat setiap pertempuran terasa segar. Rasanya sangat memuaskan saat kapak kalian kembali ke tangan dengan efek getar yang pas, seolah kalian benar-benar dewa perang. Namun, tidak ada gading yang tak retak. Meski mayoritas pengalaman bermainnya luar biasa, ada momen di mana alur cerita terasa sedikit 'meandering' alias muter-muter tak tentu arah, seperti yang dicatat oleh beberapa kritikus. Ada bagian-bagian yang terasa seperti filler atau pemanjang durasi yang mungkin membuat kalian ingin berteriak, "Ayo dong, lanjut ke intinya!" mirip seperti saat menunggu antrian sembako. Terlepas dari sedikit keluhan soal pacing yang kadang terasa lambat di pertengahan game, God of War Ragnarok tetaplah sebuah pencapaian teknis dan artistik yang wajib dimainkan. Versi PC ini juga memberikan fleksibilitas pengaturan grafis yang membuat game ini bisa dinikmati dengan frame rate yang lebih 'manusiawi' dibanding konsol, asalkan rig kalian mumpuni. Apakah ini game yang sempurna? Hampir. Apakah ini game yang harus kalian beli? Mutlak ya. Ini adalah penutup saga Norse yang epik, emosional, dan pastinya akan membuat kalian rindu teriakan ikonik "BOY!" setelah tamat.

Baca Ulasan Lengkap
2 mnt baca
Review Animal Crossing: New Horizons - Liburan Virtual Terbaik?

Review Animal Crossing: New Horizons - Liburan Virtual Terbaik?

Bayangkan sebuah dunia di mana masalah terbesar Anda hanyalah memutuskan di mana harus menanam pohon persik atau bagaimana cara membayar utang rumah kepada seekor tanuki kapitalis bernama Tom Nook. Selamat datang di **Animal Crossing: New Horizons**. Game ini bukan sekadar permainan; ini adalah pelarian digital yang kita semua butuhkan, terutama saat dunia nyata sedang terasa *hectic*. Secara visual, game ini benar-benar memanjakan mata—air lautnya terlihat begitu jernih dan segar sampai rasanya ingin diminum (tapi tolong jangan jilat layar laptop atau Switch Anda), dan setiap perabotan memiliki detail tekstur yang mengagumkan. Gameplay-nya berputar pada rutinitas harian yang anehnya sangat adiktif dan terapeutik. Anda mulai dari nol di pulau terpencil, memukul batu untuk mencari besi, mengguncang pohon demi ranting, dan memancing ikan yang ukurannya kadang tidak masuk akal. Fitur *crafting* atau DIY adalah tambahan baru yang brilian, memberikan rasa pencapaian yang nyata. Namun, fitur ini juga sedikit menguji kesabaran karena Anda harus membuat alat satu per satu. Ya, alat Anda bisa pecah, dan ya, itu sering terjadi tepat saat Anda melihat ikan langka di depan mata. Rasanya ingin banting *controller*, tapi ingat cicilan belum lunas, jadi sabar saja. Daya tarik utamanya adalah kebebasan mutlak. Setelah mencapai progres tertentu, Anda bisa mengubah topografi pulau sesuka hati lewat fitur *terraforming*—meratakan bukit atau membuat air terjun pribadi ala sultan. Pace-nya memang lambat karena mengikuti waktu dunia nyata; toko tutup di malam hari dan pohon butuh berhari-hari untuk tumbuh. Ini jelas bukan game untuk mereka yang mencari adrenalin aksi cepat, tapi bagi Anda yang mencari ketenangan zen sambil menata taman bunga virtual atau sekadar pamer desain baju ke teman via online, ini adalah *masterpiece*. Hati-hati saja, jangan sampai lupa waktu dan tiba-tiba sadar sudah jam 3 pagi gara-gara sibuk mengejar tarantula.

Baca Ulasan Lengkap
2 mnt baca