Review Kipas Mini Portabel Lipat: Kecil-Kecil Cabe Rawit, Ademnya Nampol!

Mari kita bicara jujur: cuaca belakangan ini panasnya seolah matahari ada dua, kan? Di sinilah Kipas Mini Portabel Lipat ini masuk sebagai penyelamat hidup—atau setidaknya penyelamat make-up anda agar tidak luntur sebelum jam makan siang. Hal pertama yang bikin saya melirik gadget mungil ini adalah desainnya yang fleksibel. Dia bukan sekadar kipas kaku yang cuma bisa dipegang; engselnya bisa ditekuk hingga 180 derajat. Jadi, mau ditaruh di meja kerja saat ngetik laporan, atau dikalungkan di leher saat lari mengejar KRL, dia siap sedia. Rasanya seperti punya asisten pribadi yang tugasnya cuma satu: bikin adem. Fitur yang paling 'wah' menurut saya dan jarang ada di kipas murah lainnya adalah adanya layar digital LED. Ini fitur sepele tapi krusial. Berapa kali kita bawa kipas portable, eh pas dinyalakan cuma muter semenit lalu mati mengenaskan karena baterai habis? Dengan layar ini, anda bisa pantau sisa daya dan level kecepatan angin secara *real-time*, jadi nggak ada lagi drama 'prank' baterai habis di tengah jalan. Bicara soal daya, klaimnya bisa tahan sampai 24 jam (tergantung kecepatan, ya). Kalaupun habis, dia sudah pakai port Type-C. Akhirnya, satu kabel untuk semua gadget! Nggak perlu lagi bongkar tas cari kabel micro-USB jadul yang entah nyelip di mana. Soal performa, anginnya diklaim 'Turbo' dan cukup kencang untuk ukuran bodinya yang bisa masuk saku. Memang tidak akan setara AC mall, tapi cukup untuk mengusir gerah saat antre beli makan siang atau nunggu ojol. Produsen juga mengklaim motornya 'Ultra Senyap'. Yah, untuk kecepatan rendah memang senyap, tapi kalau masuk mode turbo, pasti ada suara desingan halus—tapi tenang, suaranya nggak bakal sampai bikin teman sebelah meja melirik sinis kok. Kesimpulannya, untuk harga yang ramah kantong, kipas ini adalah investasi kecil yang dampaknya besar buat kewarasan kita di tengah teriknya kota.